Rabu, 29 Oktober 2014

trauma pleksus brachialis



MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS
TRAUMA PADA PLEKSUS BRAKIALIS
Disusun Oleh
Kelas: B 10.2
   Franata Suriana Esthi (13140070)






PRODI D4 BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2014/ 2015



Kata Pengantar

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat- Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “TRAUMA PADA PLEKSUS BRAKIALIS” . Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas matakuliah  dan kelengkapan dari rangkaian perkuliahan kami.
Dalam kesempatan ini kami juga berterima kasih kepada pihak- pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya, yang sangat berperan dalam memberikan dorongan, bantuan, dukungan, dan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu saran yang membangun sngat kami perlukan untuk memperbaiki makalah ini.




                                                                   Yogyakarta, 28 September 2014



                                                                                      Penyusun





Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar
BAB 1 PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang........................................................................................
B.   Rumusan Masalah...................................................................................
C.   Tujuan......................................................................................................
BAB 2 ISI
A.   Etiologi Trauma Pada Bayi Baru Lahir...................................................
B.   Trauma Pleksus Brakialis........................................................................
C.   Penatalaksanaan Brachial Palsy..............................................................
BAB 3 KESIMPULAN
A.   Kesimpulan..............................................................................................
B.   Saran........................................................................................................












BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Proses kelahiran merupakan kombinasi dari kompresi, kontraksi, torsi, dan traksi. Jika janin besar, adanya kelainan letak, atau imaturitas neurologis, proses kelahiran dapat menimbulkan kerusakan jarigan, edema, perdarahan, atau fraktur pada bayi baru lahir. Persalinan dengan alat akan meningkatkan kejadian trauma lahir. Pada kondisi tertentu, bedah sesar dapat merupakan suatu alternatif, meskipun tidak menjaminkelahiran yang bebas trauma. Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain primigravida, disproporsi sefalopelvik (ibu pendek, kelainan rongga panggul), persalinan yang berlangsung terlalu lama atau cepat, oligohidramnion, presentasi abnormal, ekstraksi forseps atau vakum, versi dan ekstraksi. BBLR, makrosomia, ukuran kepala janin besar dan anomali janin.
B.     Rumusan Masalah
Adapun dalam menyusun makalah ini, kami menggunakan rumusan masalah sebagai berikut :
·         Apa saja trauma yang biasanya terjadi pada BBL?
·         Apa itu Trauma Pleksus Brakialis?
·         Bagaimana penatalaksnaan Brachial Palsy/ Trauma Pleksus Brakialis?

C.     Tujuan
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini, selain untuk melengkapi persyratan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, juga mengingat karena tugas dan peran seorang bidan yang sangat berat.
Sebagai seorang calon tenaga kesehatan khususnya bidan, pada saat nantinya seorang bidan menjalankan prakteknya di masyarakat, tentunya tidak semua kasus yang dijumpainya adalah kasus yang fisiologis. Terutama pada saat menjumpai persalinan dengan distorsia bahu. Makalah ini kami susun untuk setidaknya sebagai sedikit bahan referensi untuk kita umumnya dan pembaca khususnya agar mendapat sedikit pengetahuan mengenai trauma pada BBL khususnya Trauma Pleksus Brakialis.






BAB 2
ISI
A.    Etiologi Trauma Pada Bayi Baru Lahir
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjutnya.
Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Dalam kehamilan yang tidak ada gangguan, diharapkan kelahiran bayi yang normal melalui proses persalinan yang normal,dimana bayi dilahirkan cukup bulan, pengeluaran dengan tenaga hejan ibu dan kontraksi kandung rahim tanpa mengalami asfiksi yang berat ataupun trauma lahir.
Pada saat persalinan, perlukaan atau trauma kelahiran kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dan lebih sering ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh salah satu sebab. Penanganan persalinan secara sempurna dapat mengurangi frekuensi peristiwa tersebut.
Insidensi trauma lahir diperkirakan sebesar 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Walaupun insiden telah menurun pada tahun-tahun belakangan ini, sebagian karena kemajuan di bidang teknik dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih merupakan permasalahan penting, karena walaupun hanya trauma yang bersifat sementara sering tampak nyata oleh orang tua dan menimbulkan cemas serta keraguan yang memerlukan pembicaraan bersifat suportif dan informatif. Beberapa trauma pada awalnya dapat bersifat laten, tetapi kemudian akan menimbulkan penyakit atau akibat sisa yang berat. Trauma lahir juga merupakan salah satu faktor penyebab utama dari kematian perinatal. Di Indonesia angka kematian perinatal adalah 44 per 1000 krlahiran hidup, dan 9,7 % diantaranya sebagai akibat dari trauma lahir.
Trauma lahir merupakan trauma pada bayi sebagai akibat tekanan mekanik selama proses persalinan. Faktor- faktor yang mempengaruhi trauma mekanik dapat terjadi bersamaan dengan trauma hipoksi iskemik.
Trauma lahir, kadang- kadang masih terjadi dan tidak dapat dihindari, dengan kejadian rata- rata 6- 8 kejadian per 1000 kelahiran hidup. Umumnya bayi yang lebih besar lebih rentan ,mengalami trauma lahir. Kejadian paling sering  dilaporkan pada bayi dengan berat lahir lebih dari 4500 gr. Adapun faktor resiko lainnya adalah persalinan dengan bantuan alat, terutama forsep/ vakum, persalinan sunsang, dan traksi abnormal/ berlebihan selama proses persalinan. Penanganan persalinan yang baik dapat mengurangi angka kejadian trauma lahir.
Sebagian besar trauma lahir dapat sembuh sendiri dan pragnosisnya baik. Namun pada beberapa kasus dapat pula menyebabkan kecacatan dan kematian. Hampir 50% kasus dapat dihindari dengan mengetahui dan mengantisipasi faktor resiko obstetri.
B.     Trauma Pleksus Brakialis
Trauma pleksus brakialis umumnya terjadi pada bayi besar. Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat pada daerah leher saat melahirkan bayi sehingga menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Biasanya ditemukan pada persalinan letak sunsang bila dilakukan traksi yang kuat saat melahirkan kepala bayi. Pada persalinan letak kepala, kelainan ini dapat terjadi pada kasus distorsia bahu. Pada kasus tersebut kadang- kadang dilakukan penarikan pada kepala yang agak kuat kebelakang untuk melahirkan bahu depan.
Insiden paralis pleksus brakialis ialah 0,5- 0,2 per 1000 kelahiran hidup. Kebanyakan kasus adalah psralis Erb. Paralis pada seluruh pleksus brakialis terjadi pada 10% kasus. Lesi traumatik yang berhubungan dengan paralisis pleksus brakialis antaralain fraktur klavikula, fraktur humerus, subluksasi cervical spine, trauma servical cord, dan paralisis nervus fasialis.
Trauma pleksus brakialis dibagi atas:
*      Paralisis Erb, yaitu kelumpuhan bagian- bagian tubuh yang disarafi oleh cabang- cabang C5 dan C6 dari pleksus brakialis
*      Paralisis klumpke, yaitu kelumpuhan bagian- bagian tubuh yang disarafi oleh cabang- caabang dan C8- Th 1
Paralisis Erb paling sering terjadi dan berhubungan dengan terbatasnya gerakan bahu. Anggota gerak yang terkena akan berada dalam posisi Adduksi, pronasi, dan rotasi internal. Reflek moro, biseps, dan radialis pada sisi yang terkena akan menghilang. Reflek menggenggam biasanya masih ada pada 5% kasus disertai paresis nervus frenikus ipsilateral.
Paralisis klumpke (C7- 8,Th 1) jarang terjadi dan mengakibatkan kelemahan pada otot- otot intrinsik tangan sehingga bayi kehilangan refleks menggenggam. Bila serabut simpatis servikal pada spina torakal pertama terlibat, maka akan dijumpai sindrom Horner.
Brakial palsi disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
Ø  Tarikan lateral pada kepala dan leher pada saat melahirkan bahu
Ø  Lengan ekstensi melewati kepala pada presentasi bokong atau terjadi tarikan yang berlebihan pada bahu.
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada brakial palsi adalah sbb:
v  Gangguan motorik pada lengan atas
v  Lengan atas pada kedudukan ekstensi dan abduksi
v  Jika diangkat, lengan akan tampak lemas dan menggantung
v  Reflek morrow negatif
v  Hiperekstensi dan fleksi pada jari- jari
v  Refleks meraih dengan tangan tidak ada

C.    Penatalaksanaan Brachial Palsy
Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erb. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 900 disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900.
 Pengobatan dengan obat dapat diberikan seperti:
☻Vitamin B1,B6,B12,E
☻Antiedema
☻Vasodilator
☻Corticosteroid
☻Danzen (Takeda)
☻Papase (Warner-Lambert)
☻Neurobion (E.Merck)
☻Fundamine-E (Biomedis)
☻Enico (Eisai)
Jalan lain yang juga bisa menjadi alternatif yaitu dengan regenerasi saraf dengan laser rendah. Pengunaan teknologi laser di bidang kesehatan makin luas, demikian pula dengan bidang rehabilitasi medik. Pada penderita dengan gangguan Erb Palsy sering mengalami suatu gangguan neuropraksia. Gangguan ini bersifat reversibel dengan catatan bahwa trauma pada saraf tidak sampai axon. Pada penderita bayi baru lahir, maka tindakan rehabilitasi medik adalah dengan memberikan posisi yang benar yang bertujuan untuk menghindari tarikan saraf lebih lanjut. Posisi yang dapat diberikan berupa posisi seperti patung liberty dengan modifikasi atau dengan cara melipat bahu kedalam seperti posisi patah tulang klavikula. Dan dihindari posisi tidur yang menindih tempat lesi saraf (contoh kelumpuhan kanan maka dihindari tidur miring kanan). Penambahan terapi Elektro Stimulasi (ES) dapat dimulai pada awal bulan yang bertujuan merangsang aktifitas kelistrikan saraf dan re-edukasi dari otot yang mengalami kelemahan. ES dapat dilakukan 2x/ minggu dilanjutkan dengan program terapi dirumah berupa rangsangan taktil oleh orang tua yang diajarkan oleh dokter dan terapis.
Evaluasi ini berlangsung sampai 3 bulan diharapkan terjadi proses pertumbuhan saraf pada bayi. Setelah 3 bulan dapat dilakukan pemeriksaan EMG - NCV (Elektromyography- Nerve Conduction Velocity) yaitu suatu alat yang dapat mengukur derajad kerusakan saraf dan otot. Penggunaan laser pada kasus regenerasi saraf sangat diperlukan dalam bidang ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Laser yang mempunyai panjang gelombang 632 nm mempunyai titik tangkap pada mitokhondria (pusat pernafasan) sel. Dengan pemberian laser maka akan memperkaya ATP (energi sel) sehingga menyebabkan sel berfungsi lebih baik. Laser mempunyai sifat neuroprotektif dan neuroregeneratif pada sel saraf. Hal ini dapat dibuktikan dengan penggunaan laser pada berbagai senter pendidikan di Amerika untuk guiding (membantu) regenerasi pada saraf perifer. Pemberian laser pada bayi yang mengalami Erb Palsy menggunakan dosis yang kecil (dosis stimulasi tidak perlu waktu yang lama) dengan menggunakan 1 J/ titik dengan maksimal dose 10 J. Diharapkan regenerasi saraf akan lebih cepat apabila menggunakan laser ditambah dengan elektro stimulasi. Regenerasi saraf berkisar 1mm/hari dengan syarat tidak terdapat sprouting.























BAB 3
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Trauma lahir merupakan trauma pada bayi sebagai akibat tekanan mekanik selama proses persalinan. Faktor- faktor yang mempengaruhi trauma mekanik dapat terjadi bersamaan dengan trauma hipoksi iskemik. Trauma lahir, kadang- kadang masih terjadi dan tidak dapat dihindari, dengan kejadian rata- rata 6- 8 kejadian per 1000 kelahiran hidup. Umumnya bayi yang lebih besar lebih rentan ,mengalami trauma lahir.
Trauma pleksus brakialis umumnya terjadi pada bayi besar. Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat pada daerah leher saat melahirkan bayi sehingga menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Biasanya ditemukan pada persalinan letak sunsang bila dilakukan traksi yang kuat saat melahirkan kepala bayi. Pada persalinan letak kepala, kelainan ini dapat terjadi pada kasus distorsia bahu. Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot.

B.     Saran
Apabila kita menjumpai kasus dengan letak sunsang atau distorsia bahu, maka sebagai seorang bidan yang harus kita lakukan adalah melakukan rujukan. Karena akan lebuh baik untuk mengetahui dan melakukan tindakan segera sebelum terjadinya trauma pada BBL seperti Trauma Pleksus Brakialis ini.











Daftar Isi
Prawirohardjo, sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
___________________.2011. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Nanny Lia Dewi, Vivian.2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Minggu, 01 Juni 2014

pengobatan tradisional patah tulang



MAKALAH
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
SISTEM MEDIS & PENGOBATAN TRADISIONAL PATAH TULANG
Disusun Oleh:
Franata Suriana Esthi (13140070)
Kelas: B 10.2




PRODI D4 BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2013/ 2014



Kata Pengantar

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat- Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “ Sistem Medis & Pengobatan Tradisional ” . Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas matakuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar Dalam Praktik Kebidanan dan kelengkapan dari rangkaian perkuliahan kami.
Dalam kesempatan ini kami juga berterima kasih kepada pihak- pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya, yang sangat berperan dalam memberikan dorongan, bantuan, dukungan, dan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu saran yang membangun sngat kami perlukan untuk memperbaiki makalah ini.




                                                                                    Yogyakarta, 26 Mei 2014



                                                                                                            Penyusun









Daftar Isi
Kata Pengantar
Bab 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...........................................................................................................
B.     Rumusan Masalah......................................................................................................
C.     Tujuan.........................................................................................................................
Bab 2 PEMBAHASAN
A.    Patah Tulang...............................................................................................................
B.     Penatalaksanaan Patah Tulang...................................................................................
C.     Pengobatan Tradisional Patah Tulang........................................................................
Bab 3 PENUTUP
A.    Kesimpulan.................................................................................................................
B.     Saran...........................................................................................................................
Daftar Pustaka















BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sistem medis dan pengobatan tradisional adalah sisitem pengobatan selain pengobatan dengan cara medis atau ilmu kedokteran yang berkembang didalam masyarakat secara turun temurun.
Sampai saat ini memeang masih banyak sekali kepercayaan- kepercayaan yang sejak zaman dahulu masih berkembang dan dipercya masyarakat hingga saat ini, terutama sistem pengobatan secara tradisional. Terkadang cara pengobatan tradisional ini memang sangat jauh atau bahkan diluar rasionalisme ilmu kedokteran/kesehatan. Tetapi ada kalanya, pengobtan- pengobatan secara tradisional ini justru membawa hasil (kesembuhan) yang diharapkan oleh si penderita sakit yang terkadang hasilnya tidak bisa didapatkan/ diberikan melalui pengobatan tenaga medis.
Cara- cara pengobatan tradisional ini, tentu sangat beragam dan berbeda- beda antara wilayah yang satu dengan yang lain. Tergantung daripada budaya atau kepercayaan temurun yang berkembang di masyarakat tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Adapun dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan rumusan masalah sebagai berikut:
*      Apakah patah tulang itu?
*      Bagaimana penatalaksanaan patah tulang?
*      Bagaimana cara pengobatan tradisional patah tulang?

C.     Tujuan
Sebagai kader calon tenaga kesehatan, kita juga perlu untuk mengetahui sistem atau cara pengobatan tradisional dan diharapkan kita mampu untuk memilah jalan/ alternatif pengobatan tradisional yang seperti apa yang aman dan dapat sedikit menunjang kesembuhan klien. Karena kita juga tidak bisa untuk meghilangkan atau menganggap salah kepercayaan yang telah turun temurun dipercayai oleh masyarakat. Kita sebagai tenaga kesehatan harus tetap bisa berpegang teguh pada ilmu kesehatan/ cara pengobatan yang sesuai dengan penelitian yang ada namun uga harus tetap menghargai budaya masyarakat terutama yang menyangkut sistem medis dan pengobatan tradisional.




BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Patah Tulang
Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idulfitri tahun ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia contohnya ada seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001).
Suatu patah tulang atau fraktur tulang terjadi ketika kekuatan yang diberikan terhadap tulang lebih kuat dari tulang dapat menanggung. Ini mengganggu struktur dan kekuatan tulang, dan menyebabkan rasa sakit, hilangnya fungsi dan kadang-kadang pendarahan dan cedera di sekitar lokasi. Kerangka kita terdiri dari tulang. Tulang adalah jenis jaringan ikat, diperkuat dengan kalsium dan tulang sel. Tulang memiliki pusat yang lebih lembut, yang disebut sumsum, di mana sel-sel darah dibuat. Fungsi utama dari kerangka kita untuk mendukung tubuh kita, memungkinkan gerakan dan melindungi organ-organ internal kita. Ada berbagai jenis patah tulang. Beberapa lebih parah daripada yang lain, tergantung pada kekuatan dan arah gaya, tulang tertentu yang terlibat, dan usia seseorang dan kesehatan umum. Patah tulang umum meliputi pergelangan tangan, pergelangan kaki dan pinggul. Patah tulang panggul paling sering terjadi pada orang tua. Patah tulang memakan waktu sekitar empat sampai delapan minggu untuk menyembuhkan, tergantung pada usia dan kesehatan orang dan jenis istirahat. Sebelum kita beralih ke penata laksanaan medis maupun tradisional patah tulang, berikut akan dibahas sedikit mengenai patah tulang.
1)      Gejala Patah Tulang
Fraktur berbeda dari cedera lain untuk kerangka seperti dislokasi, meskipun dalam beberapa kasus akan sulit untuk membedakan mereka. Kadang-kadang, seseorang mungkin memiliki lebih dari satu jenis cedera. Jika ragu, mengobati cedera seolah-olah itu adalah patah tulang. Gejala-gejala fraktur tergantung pada tulang tertentu dan tingkat keparahan cedera, tetapi dapat mencakup:
·         Sakit
·         Pembengkakan
·         Memar
·         kelainan bentuk
·         Ketidakmampuan untuk menggunakan anggota badan.
2)      Penyebab Patah Tulang
Penyebab patah tulang dapat mencakup:
Ø  Insiden traumatis seperti cedera olahraga, kecelakaan kendaraan dan jatuh
Ø  Kondisi seperti osteoporosis dan beberapa jenis kanker yang menyebabkan tulang patah lebih mudah, yang berarti bahkan trauma ringan dan jatuh dapat menjadi serius.
3)      Jenis- Jenis Patah Tulang
Beberapa jenis- jenis fraktur/ patah tulang antara lain sebagai berikut:
*      patah Tertutup (sederhana)àpatah tulang tidak menembus kulit
*      patah Terbuka (gabungan)àpatah tulang menonjol keluar melalui kulit, atau luka mengarah ke situs fraktur. Infeksi dan perdarahan eksternal lebih mungkin terjadi
*      Fraktur greenstickàsesuatu yang kecil, retak ramping dalam tulang. Hal ini dapat terjadi pada anak-anak, karena tulang mereka lebih fleksibel dibanding tulang orang dewasa
*      Fraktur lembutàbentuk paling umum adalah mengalami cedera tulang kaki, sering terjadi di kaki atau kaki bagian bawah sebagai akibat dari tekanan berulang dari aktivitas seperti jogging atau berjalan
*      Fraktur kompleksàstruktur sekitarnya patah tulang yang terluka. Mungkin ada kerusakan pada vena, arteri atau saraf, dan ada juga mungkin cedera pada lapisan tulang (periosteum)
*      Fraktur kominutaàtulang hancur menjadi potongan-potongan kecil. Jenis fraktur ini lebih rumit, sehingga cenderung lebih lama dan susah dalam proses penyembuhannya
*      Fraktur avulsiàotot bertumpu pada tulang dengan tendon, jenis jaringan ikat. Kontraksi otot yang kuat dapat merenggut tendon yang bebas dan menarik keluar potongan-potongan tulang. Jenis fraktur ini lebih sering terjadi pada sendi lutut dan bahu
*      Fraktur kompresiàterjadi ketika dua tulang dipaksa terhadap satu sama lain. Tulang-tulang tulang belakang, yang disebut vertebra, dapat memiliki jenis fraktur ini. Orang tua, terutama mereka dengan osteoporosis, berada pada risiko yang lebih tinggi.
*      Greenstickàfraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.
*      Transversalàfraktur sepanjang garis tengah tulang.
*      Oblikàfraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
*      Spiraàfraktur memuntir seputar batang tulang.
*      Komunitifàfraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
*      Depresiàfraktur dengan frakmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah
*      Kompresiàfraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
*      Patologikàfraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis tulang, tumor).
*      Avulsiàtertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.
*      Epifisialàfraktur melalui epifisis.
*      Impaksiàfraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
*      Complete fraktur (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
*      Closed frakture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.
*      Open fracture (compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:
§  Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.
§  Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
§  Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.

B.     Penatalaksanaan Patah Tulang
Segera setelah cedera perlu untuk me- imobilisasi bagian yang cedera apabila klien akan dipindhkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh yang mengalami cedera tersebut untuk mencegah terjadinya rotasi atau angulasi.
Prinsip penanganan fraktur meliputi: ReduksiàReduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya ( ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kaawat, sekrup, plat, paku. Iimobilisasi Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna Mempertahankan dan mengembalikan fungsi Status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah kurang lebih 3 bln.
1)      Komplikasi Patah Tulang
Masalah lain yang disebabkan oleh patah tulang dapat mencakup:
·         Kehilangan darahàtulang memiliki suplai darah yang kaya. Istirahat yang buruk dapat membuat Anda kehilangan sejumlah besar darah
·         Cedera organ, jaringan atau struktur di sekitarnyaàmisalnya otak bisa rusak oleh patah tulang tengkorak. Organ dada dapat terluka jika pecah tulang rusuk
·         Pertumbuhan terhambat tulangàjika tulang panjang anak pecah dekat dengan sendi di mana lempeng pertumbuhan ditemukan.
2)      Pertolongan Pertama Pada Patah Tulang
Perawatan pertolongan pertama yang baik untuk penderita patah tulang selalu penting. Menggerakkan patah tulang dapat meningkatkan rasa sakit dan perdarahan dan dapat merusak jaringan di sekitar cedera. Hal ini dapat mengakibatkan komplikasi dalam perbaikan dan penyembuhan dari cedera nanti.
Pertolongan pertama untuk patah tulang adalah semua tentang immobilising (membatasi gerakan) daerah luka. Penyangga dapat digunakan untuk ini. Kontrol perdarahan eksternal. Pecah yang rumit di mana anggota tubuh sangat cacat mungkin perlu disesuaikan sebelum pembidaian – hanya paramedis atau staf medis harus melakukan hal ini. Fraktur dari kepala atau tubuh seperti tengkorak, tulang rusuk dan panggul semua serius dan harus dikelola oleh paramedis.
Jika Anda mencurigai patah tulang, Anda harus:
Ø   Jika orang itu masih tetap terjagaàtidak memindahkan mereka kecuali ada bahaya langsung, terutama jika Anda fraktur yang dicurigai pada tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk, panggul atau kaki bagian atas
Ø  Ada untuk setiap luka pendarahan pertama. Menghentikan pendarahan dengan menekan kuat pada situs dengan pembalut bersih. Jika tulang yang menonjol, memberikan tekanan di sekitar tepi luka
Ø  Jika perdarahan dikendalikan, menjaga luka ditutup dengan dressing bersih
Ø  Jangan pernah mencoba untuk meluruskan tulang patah
Ø  Untuk fraktur tungkai, memberikan dukungan dan kenyamanan seperti bantal di bawah kaki bagian bawah atau lengan bawah. Namun, tidak menyebabkan rasa sakit lebih lanjut atau gerakan yang tidak perlu dari patah tulang
Ø  Terapkan belat untuk mendukung tulang rusuk. Penyangga tidak harus diproduksi secara profesional. Produk seperti papan kayu dan majalah dilipat dapat bekerja untuk beberapa patah tulang. Anda harus mengimobilisasi anggota badan atas dan di bawah patah tulang
Ø  Gunakan selempang untuk mendukung lengan atau tulang selangka patah tulang
Ø  Angkat daerah retak jika mungkin dan menerapkan kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
3)      Diagnosis dan Pengobatan Patah Tulang
Dokter dapat mendiagnosis patah tulang dengan sinar-x. Mereka juga dapat menggunakan CT scan (tomografi komputer) scan dan MRI (resonansi magnetik imaging). Patah tulang sembuh sendiriàtujuan pengobatan adalah untuk memastikan potongan-potongan tulang merupakan berbaris dengan benar. Tulang perlu pulih sepenuhnya dalam kekuatan, gerakan dan sensitivitas. Beberapa fraktur rumit mungkin memerlukan pembedahan atau traksi bedah (atau keduanya). Tergantung di mana fraktur dan seberapa parah, pengobatan dapat mencakup:
§  Penyangga – untuk menghentikan gerakan ekstremitas yang rusak
§  Kawat gigi – untuk mendukung tulang
§  Gips – untuk memberikan dukungan dan mengimobilisasi tulang
§  Traksi – pilihan yang kurang umum
§  Batang logam dimasukkan secara operasi atau pelat – untuk memegang potongan tulang bersama-sama
§  Menghilangkan rasa sakit.
4)      Proses Penyembuhan Patah Tulang
Bekuan darah yang terbentuk pada ujung patah tulang adalah awal dari proses penyembuhan. Selama sekitar lima minggu, tubuh bergabung dengan dua bagian tulang bersama-sama dengan kombinasi sel berserat dan tulang rawan.
Tulang sementara ini (kalus) tidak sekuat tulang sebenarnya. Hal ini dapat mudah pecah sampai perlahan-lahan diganti dengan tulang nyata. Untuk alasan ini, dokter dapat menghapus Gips atau belat setelah beberapa minggu, tetapi Anda masih perlu untuk mengobati tulang dengan hati-hati untuk setidaknya satu bulan lebih.

C.     Pengobatan Tradisional Patah Tulang
Jumlah kendaraan yang besar di Indonesia tentu saja berbanding lurus dengan jumlah kecelakaan lalu lintas. Efek kecelakaan pun bermacam-macam mulai dari cedera ringan sampai kematian. Berhati- hatilah saat anda berkendaraan.
Patah tulang adalah salah satu efek dari kecelakaan tersebut. Patah tulang tentu saja berakibat berkurangnya kemampuan anggota gerak tulang yang mengalami patah. Rasanya tidak enak, tetapi jangan khawatir, tulang manusia adalah salah satu benda ajaib yang diberikan Allah. Tulang mampu meregenerasikan dirinya yang rusak sehingga apabila patah akan menyambung kembali secara alami. Namun, untuk mempertahankan posisinya penyembuhan tulang menjadi seperti semula butuh bantuan dari luar tubuh. Nah, inilah yang dilakukan dalam pengobatan patah tulang.
Patah tulang ialah terputusnya ( diskontinuitas ) jaringan tulang dan lapisan pembungkusnya. Sebabnya, antara lain karena jatuh, terlindas, terbentur keras, dan sebagainya. Dalam rongga batang tulang terdapat pembuluh darah yang beri nutrisi, sumsum tulang, serta stem cell ( sel punca ) yang membentuk sel-sel tulang. Bila ada sel tulang yang mati, maka di dalam rongga terjadi regenerasi sel. Karena itulah tulang yang patah pada bagian ini akan sembuh dengan sendirinya. “ sembuh sempurna tampa bekas “, ujad Dr. dr Basuki Supartono, SpOT, FICS,MARS, spsialis orthopedi di jakarta islamic hospital ( JIH ), jakarta timur. PEMBEDAHAN Walau bisa sembuh sendiri ,dalam kondisi darurat patah tulang perlu penanganan khursus ,terutama pada patah tulang terbuka –kulit sobek tertembus tulang. Sementara pada patah tulang tertutup kulit tetap utuh,tidak sobek.yang berbahaya itu, jelas dr Basuki ,patah tulang terbuka, karena ada risiko infeksi dan perdarahan, “ infeksi di tulang dan kulit ini bisa menyebar kebagian ubuh lainnya sehingga mengancam nyawa penderita “, urai aktivis Bulan Sabit Merah Indonesia yang acap menyambangi daerah konflik seperti Irak dan Palestina untuk misi kemanusian ini. Dalam waktu kuranga dari enam jam, patanh tulang terbuka haraus dioperasi atau dibedah untuk dilakukan tindakan pembersihan ( debridemant ). Pada proses ini, kulita dan jaringan dibawah kulit yang kotor dibuang, begitu pula lemak dan serpihan tulang yang kotor. Jika ada kotoran, misalnya pasir, akan disikat dengan bersih. Lalu bagian luka beserta tulangnya disemprot dengan air steril sebanyak tiga liter untuk menjamin kebersihannya agar terhindar dari infeksi. Barulah dilakukan tindakan lain, seperti stabilisasi tulang yang patah dan menutup luka. Dijelaskan dr Basuki, tidak semua patah tulang harus diosperasi. Selain pada patah tulang terbuka, operasi juga dilakukan pada patah tulang yang merusak/merobek pembuluh darah utama yang ada dibagian luar tulanag dan menempel padanya. “ Dalam kondisi ini, operasi diperlukan agar pembuluh darah tak bocor atau putus. Kalau putus, harus dibuang”, paparnya. Operasi juga dilakukan untuk patah tulang yang menekan syaraf, patah tulang pada persendian yang tidak stebil, dan pada sendi pangul di usia lanjut. MENYAMBUNG TULANG Tulang yang patah, unjung – ujungnya perlu dibuat tersambung kembali. Maka diaturlah agar satu sama lain tersambung, lurus, tidak ada sudut atau melintir. Kesetabilan harus dipertahankan sampai tulang menyambung kembali. Untuk itulah diperlukan gips dan pen. Gips terutama dipasang pada patah tulang tertutup. Setelah direposisi, dilakukanlah stabilisai tulang, yaitu membungkus bagian luar tulang yang patah dengan bahan gips atau plastik agar tulang tak bergeser.
Tulang akan menyambung sempurna sekitar 2-3 bulan. Banyak faktor yang mempengaruhi, di antaranya usia. Anak kecil lebih cepat pulih dibandingkan orang dewasa karena mempunyai lapisan tulang yang banyak menganduk sel punca. Bila dibutuhkan, tulang dipasang pen melalui operasi. Pen, terdiri dari lempeng logam ( plat ) dan sekrup ( screw ), berfungsi menyambung dua ruas tulang yang patah dan membuatnya stabil sehingga memungkinkan penyembuhan yang sempurna. Panjang pendeknya plat dan sekrup disesuaikan dengan tulang yang patah.
Pengobatan medis merupakan pengobatan yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapatkan pendidikan yang lama dan sesuai dengan keilmuan yang berkembang. Untuk patah tulang, pengobatan ini bisa bermacam-macam bentuknya contohnya bisa dengan menggunakan gips, pen, eksternal fiksasi, dan lain-lain. Meski identik dengan tindakan operasi, tidak sepenuhnya kasus patah tulang harus dilakukan dengan tindakan operasi.
Sama seperti pengobatan medis, pengobatan alternatif pun pada prinsipnya seperti itu. Dari cerita-cerita, ketika kita datang ke pengobatan alternatif, tulang kita yang patah akan dipakaikan kayu dan dibebat kencang sehingga tulang tidak bergeser. Konsep awalnya sama dengan medis. Yang berbeda adalah adanya tindakan selanjutnya seperti diolesi minyak-minyak khusus dan diurut-urut bagian yang patah.
Tujuan dari pengobatan adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya sati sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagaimana mestinya. Process penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi.
Imobilisasi dapat dilakukan melalui:
·         Pembidaian: benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang
·         Pemasangan gips: merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah.
·         Penarikan (traksi): menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya.
·         Fiksasi internal: dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang.
Ramuan Alami Patah Tulang.
Sebelum menggunakan ramuan untuk merekatkan kembali tulang yang patah, disarankan agar posisi tulang sudah dikembalikan seperti semula, agar saat tulang meregenerasi sel, tidak akan ada masalah.
a.       Ramuan 6 Bahan
Bahan- bahan:
Ø  Kunyit,
Ø  Jahe,
Ø  Bawang Merah,
Ø  Bawang Putih,
Ø  Daun Katuk,
Ø  Daun Petai Cina = Lamtorogung.
Ø  *) Perbandingan semua bahan 1:1
Cara Mengolah:
Semua bahan dihancurkan.
Rebus dengan air, sampai airnya tinggal sedikit, Jαπģαπ sampai kering.
Cara Pakai:
Digunakan seperti param. Ramuan (bahan2 + sedikit cairannya) dioleskan ditempat patah tulang, lalu diikat dengan perban. Ramuan diganti 3 hari sekali.
b.      Umbi Gadung
Umbi gadung 1 kepalan tangan, dikupas dan diparut. Remas dengan air garam seperlunya. Gunakanlah mengurap bagian yang cidera dan dibalut dengan daun bakung 2 x sehari.
c.       Jahe
Jahe 3 jari, dicuci dan diparut. Remas dengan minyak serai 2 sendok makan dan minyak nyamplung 2 sendok makan. Usapkanlah ramuan ini pada bagian yang cidera lalu dibalut dengan daun bakung 2 x sehari.
d.      Daun Kangkung
Daun jangkung 1 genggam, dicuci lalu ditumbuk halus. Remas dengan air garam seperlunya. Urapkanlah ramuan ini pada bagian yang cidera lalu dibalut dengan daun bakung 2 x sehari.
e.       Tanaman Patah Tulang

§  Kulit diatas tulang yang patah digosok dengan getah tanaman.
§  Kulit luar dahan patah tulang digiling halus, tempelkan diatas tulang yang patah, lalu dibalut.
§  3/4 genggam tangkai dan daun tanaman, 1 genggam daun srigi, dicuci lalu digiling halus, Ramas dengan 4 sendok makan air garam, dihangatkan sebentar. Dipakai untuk menurap bagian tubuh yang patah, lalu dibalut dengan daun bakung/ kulit randu. Diganti 2 kali sehari.




















BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sistem medis dan pengobatan tradisional adalah sisitem pengobatan selain pengobatan dengan cara medis atau ilmu kedokteran yang berkembang didalam masyarakat secara turun temurun. Patah tulang ialah terputusnya ( diskontinuitas ) jaringan tulang dan lapisan pembungkusnya. Sebabnya, antara lain karena jatuh, terlindas, terbentur keras, dan sebagainya.
Pengobatan medis merupakan pengobatan yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapatkan pendidikan yang lama dan sesuai dengan keilmuan yang berkembang. Untuk patah tulang, pengobatan ini bisa bermacam-macam bentuknya contohnya bisa dengan menggunakan gips, pen, eksternal fiksasi, dan lain-lain. Meski identik dengan tindakan operasi, tidak sepenuhnya kasus patah tulang harus dilakukan dengan tindakan operasi. Sama seperti pengobatan medis, pengobatan alternatif pun pada prinsipnya seperti itu. Ketika kita datang ke pengobatan alternatif, tulang kita yang patah akan dipakaikan kayu dan dibebat kencang sehingga tulang tidak bergeser. Konsep awalnya sama dengan medis. Yang berbeda adalah adanya tindakan selanjutnya seperti diolesi minyak-minyak khusus dan diurut-urut bagian yang patah.

B.     Saran
Saat ini, meskipun perkembangan zaman dalam dunia kesehatan semakin berkembang dan semakin canggih seiring dengan perkembangan IPTEK, tetapi masih banyak pula cara- cara atau pengobatan yang masih sangat dipercaya oleh masyarakat dan dinilai sangat manjur. Salah satunya adalah pengobatan patah tulang. Sebagai calon kader tenaga kesehatan, disamping kita harus tau mengenai cara- cara pengobatan tradisional ini, kita juga harus tetap bisa memilih yang mana cara atau pengobatan tradisional yang terbilang aman bagi klien sehingga nantinya selain kita dapat memberikan pelayanan yang maksimal, kita tetap bisa menjaga dan menghargai budaya yang berkembang di masyarakat.







Daftar Pustaka